Sabtu, 29 Oktober 2011

Tragic Love Story

Namaku Evelyne, 15 tahun kelas 1 SMA, aku bersekolah di SMA favorit, sebuah anugrah aku bisa masuk kesana dan bertemu dengannya, Evan, kekasih ku yang sangat kucintai. Semuanya begitu indah, duduk berdua dengannya, bersender di bahunya, berpegangan tangan dengannya, semuanya yang kulakukan dengannya merupakan hal yang paling indah dalam hidupku. Evan, baik dan pintar, aku kagum padanya, cinta padanya, semua dalam dirinya tak ada yang tidak aku sukai. Cintanya padaku pun terlihat begitu nyata, begitu terasa dan apa adanya. Bersamanya seolah hidup ini sempurna.
Tapi kemudian suatu ketika, Evan dengan serius bicara padaku, dia bilang, ayahnya mengetahui hubungan kami. Sejak awal memang, Evan tidak diperbolehkan menjalin hubungan bernama cinta oleh ayahnya. Evan mengatakan sebuah kata yang tak pernah ingin kudengar dari mulutnya. "Evelyne, aku harap kamu mau memaklumi semuanya, semuanya dalam hidupku. Aku tidak mungkin membantah ayahku, menjalani hubungan ini, sungguh, membuatku begitu bingung, apa yang harus kulakukan, aku mencintaimu, tapi ayahku,,,"

Aku pun menjawab dengan nada sedikit sumbang, walaupun begitu kaget, aku berkata "Jika itu yang terbaik untukmu, untuk hidupmu dan mungkin untuk kita berdua, lebih baik kita turuti saja keinginan ayahmu, jika kita harus berpisah, sungguh aku sangat mencintaimu, tapi aku tak mungkin memikirkan diriku sendiri, jika itu keinginan ayahmu dan untuk kebaikanmu, lebih baik, oke, kita berpisah saja" Semua perkataan itu, keluar dari mulutku, detak jantungku begitu cepat, dadaku terasa sakit, kata kata yang tak ingin kudengar dan tak ingin kuucapkan, kini semua itu sudah terjadi. Kutahan air mataku, aku tersenyum, berusaha terlihat baik baik saja, berusaha tulus untuk melepasnya, melepas Evan yang kucintai.
Esoknya, semuanya berjalan biasa, hanya aku merasa canggung melihat wajah Evan, tak mampu melihat wajahnya, jika ku lihat, aku merasa ingin menangis. Aku tersenyum lebar, berusaha bersikap biasa, kusapa semuanya. Saat teman teman melihatku, hal yang terjadi kemarin sudah tersebar dengan begitu luas, semuanya bertanya mengapa kami berpisah, aku hanya menjawab dengan singkat sambil menyunggingkan senyum kecil "mungkin kami bukan jodoh". saat teman teman terus memaksaku mengatakan lebih banyak, aku hanya diam. dan semuanya sadar aku tak mau membahas hal itu.
Seminggu kemudian, hari hari ini kucoba jalani seperti biasa, walau hati ini terasa begitu berat. Sejujurnya, aku masih mengharapkan kembalinya Evan dalam hidupku, mengulangi semua kenangan yang kusimpan begitu dalam di hatiku. Bel pulang berbunyi, aku keluar kelas, aku mau pulang. tapi dari kejauhan, Evan, sedang menggandeng tangan seorang gadis cantik. wajahnya terasa tak asing bagiku, ternyata itu Rosette, primadona kelas sebelah yang selalu di agung agungkan para anak laki laki.merek begitu mesra, seolah olah sepasang kekasih, tapi kan ayah Evan tidak memperbolehkannya berpacaran, lalu kenapa?
Sampai di rumah, pikiranku begitu kacau, aku tak percaya jika mereka berdua,, aku percaya Evan yang mengatakan bahwa dia dilarang pacaran oleh ayahnya. Kemudian, aku mengirim sebuah pesan pada kontak bernama Evan, no nya masih ku simpan dalam ponselku. "Halo Evan, masih ingat tidak?"
beberapa saat kemudian, ponselku bergetar, sebuah pesan diterima dari kontak yang bernama Evan. "Siapa ini?" aku terkejut dan membalas "ini Evan kan?"
"Ini memang nomer Evan, tapi aku yang pegang"
"Kamu siapa?"
"Aku pacarnya, memang baru 3 hari yang lalu, tapi aku sudah sah menjadi pacarnya"
"Pacar?" Aku kaget, benar benar kaget
"Ya, aku pacar Evan, aku Rosette. kami bertukar ponsel untuk sementara"
Rosette? Evan? Pacar? apa maksudnya ini semua?! "Bukankah Evan tidak diperbolehkan pacaran?"
"Benarkah? tapi setahuku boleh boleh saja, buktinya sekarang dia bersamaku"
Aku tidak percaya dengan apa yang aku baca, hal ini benar benar mustahil. Evan tidak mungkin berbohong kan? Aku tidak membalas lagi pesan itu. Ini semua membuatku muak.
Hari berikutnya, kutanyakan semuanya pada Evan, semuanya! dan yang membuat hatiku benar benar teriris adalah, Evan hanya menjawab "Ayah memperbolehkan aku pacaran jika dengan Rosette, mungkin semua kesalahan saat itu ada pada dirimu, kau bukan sosok yang di inginkan ayah, dan aku sadar bahwa aku salah telah memilihmu" mendengar hal itu, hatiku benar benar sakit, semua tentang Evan, yang baik, tidak pernah berbohong, sangat sayang padaku dan mencintaiku hilang sudah. Harapan kecilku untuk bersamanya lagi musnah sudah. Rasa ini pun berubah menjadi kebencian yang amat sangat.
Sesampainya di rumah, ku kurung diriku di kamar, air mataku yang selama ini kubendung, semuanya mengalir begitu deras dari kedua mataku. rasa sakit ini begitu menghancurkan ku. Sampai aku tertidur dalam perasaan yang sangat menyedihkan ini.
Setelah kejadian itu, aku sangat tidak peduli padanya, bahkan aku merasa bahwa aku menjadi orang yang dingin, pada semuanya, semua teman teman ku. Seberapa hinanya aku sampai dia melakukan hal seperti ini padaku?
Sebulan kemudian, aku mendengar Evan di campakkan Rosette karena Rosette mendapatkan laki laki lain yang segalanya melebihi Evan, dan seperti hal yang menimpaku, alasan perpisahan mereka merupakan kebohongan yang di ucapkan Rosette, dalam hatiku, aku merasa sangat puas, aku tersenyum di atas penderitaan Evan yang terlihat begitu Down setelah dicampakkan Rosette, bahkan terkadang aku sengaja melemparkan senyum hinaan padanya. Walau sejujurnya di dalam hatiku yang paling paling paling dalam, aku masih mencintainya. --END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar