Fanfic from digimon adventure.
Maaf gaje ya, hahaha
Aku Hikari, 16 tahun sekarang. Aku mempunyai seorang sahabat
bernama Mimi. Dia sangat baik dan cantik. Aku juga mempunyai seorang kekasih
bernama Takeru. Sudah tiga bulan aku berjalan bersamanya. Tapi, akhir – akhir
ini dia terasa aneh...
Suatu hari, mama mengajakku berbelanja ke sebuah supermarket
di dekat taman kota. Setelah mama selesai dengan apa yang dia beli, mama
mengajakku memakan es krim di toko di sekitar sana. Saat aku memakan es krimku
dengan lahap, aku menangkap sesosok bayangan yang aku kenal. Takeru bersama
seorang gadis cantik berambut panjang, gadis itu terlihat anggun dan dewasa.
Sangat terbalik dengan diriku yang kekanak – kanakan. Siapa ya dia? Hm..
***
Aku yang melihat Takeru bersama gadis itu saat di taman kota
bukanlah yang terakhir kali. Sekarang aku melihat gadis itu di depan pintu
kelas. Apa yang dia lakukan? Lalu Takeru menghampirinya sambil membawa sebuah
buku. Dia memberikan buku itu kepada gadis itu. Mungkin dia meminjamkan
bukunya, pikirku. Lalu saat kulihat wajah Takeru, aku merasa ada sesuatu yang
aneh.
Saat pulang sekolah,
aku hendak mengajak Takeru pulang bersama. Aku mencarinya dan menanyakan pada
orang – orang yang aku kenal apa mereka melihat Takeru atau tidak. Lalu ada
yang mengatakan bahwa Takeru ada di belakang sekolah. Aku berjalan menuju ke
belakan sekolah dengan semangat, walaupun sedikit bingung apa yang Takeru
lakukan disana. Setibanya disana, aku mendengar Takeru mengatakan sesuatu.
“Aku suka padamu, Sora, kau mau kan jadi pacarku?”
“Tapi, bagaimana dengan Hikari? Bukankah kamu kekasihnya?”
“Aku, tidak bisa bersamanya lagi, dia kekanakan dan benar –
benar tidak anggun, tidak sepertimu”
“Jangan begitu! Bukankah kamu mencintainya?”
“Ya, tapi itu dulu! Aku merasa, aku mencintaimu sekarang”
“Aku tidak bisa, Takeru, ini bukan hal yang bagus! Meskipun
aku juga suka padamu...”
“Benarkah?! Aku akan mengatakan hal ini pada Hikari sesegera
mungkin, makanya, kamu mau kan jadi pacarku? Kumohon...”
“Kalau begitu... baiklah...”
Aku berlari sejauh mungkin, dadaku terasa sesak. Takeru sudah
tidak mencintaiku, karena aku kekanak – kanakan, jadi aku harus...
Aku menelpon takeru pada malam harinya, “Takeru, bisakah kita
pergi keluar besok? Aku ingin menghirup udara segar bersamamu”
Dari seberang telepon aku mendengar Takeru menjawab “Ya, boleh
saja, dan ada yang ingin ku katakan”
“Terimakasih”