Esoknya,
aku sampai di sekolah. Mencari bangku kosong
--lagi-- . satu satunya tempat yang kosong, bangku dibelakang Reno.
Benarkah aku harus duduk di sana? Di belakang Reno, orang yang kusukai. Aku
benar – benar duduk di belakang Reno. Seharian ini, melihat punggungnya, dengan
sangat dekat.
Kami bicara, walau tak banyak, kami tetap saling bicara. Hal yang tidak bisa kualami setiap hari. Hati ini, aku, merasa senang. Senang sekali,, andai waktu terhenti agar kami tetap begini, seperti ini. Reno wijaya diningrat, tampan, pintar, dari kalangan terpandang. Sukaku padanya bukan karena itu semua. Karena Reno adalah Reno.
Ulangan
Sosiologi sebentar lagi akan dimulai, Reno berkata padaku, “Kita sama sama
berjuang ya” dengan senyumnya yang mempesona, oh tuhan,,,
Soal
ulangan dibagikan. Reno memberikan soal ulangan padaku. Tanpa sengaja tangan
kami bersentuhan. Walau Reno tidak
memikirkan hal itu, tapi aku iya. Tangan kami, saling menyentuh. Benar benar
saling menyentuh. Debaran jantung ini, tolong berhenti!
Ulangan
sosiologi berjalan lancar meskipun ada satu dua soal yang membuatku bingung.
Saat bu guru menyuruh kami mengumpulkan lembar jawaban, aku melihat pada Reno,
wajah seriusnya saat memeriksa kembali lembar jawaban begitu --keren--. Aku
merasakan rona di wajahku muncul, aku tersenyum senyum keluar kelas, membuat
orang orang heran.
Saat
ulangan putaran kedua berakhir, semuanya di suruh masuk ke kelas lagi. Ini saat
terakhirku memandangnya, punggungnya. Karena aku tahu, besok, hari seperti ini
tidak akan terulang lagi.
Reno
wijaya diningrat, mungkin perasaan ini tak akan bisa kusampaikan. Tapi cinta
ini, hanya untuk dirimu selamanya.
Lanjuuuutt... awas kalo nggak hahaha
BalasHapusHaha, InsyaAllah ya :)
BalasHapus